Recent Posts

Rabu, 09 September 2015

Jauh dari kata Sempurna


“Mengutip kata kata Rumi : Hingga titik paling rendah, Bersujud Sepenuh”

Meleburkan ego, tak ada amarah, tak ada dendam, menjauhkan rasa dengki, tanpa pamrih. Hanya Dia lah satu satunya alasan membuatku untuk sujud.

Anggap saja saya sedang baik baik saja, jika dibandingkan dengan penderitaan yang dilalui banyak orang di luar sana tak ada apa apanya dan tak sebanding. Bukan hendak mengeluh, berlemah diri dan merasa tak sanggup, tapi saya hanyalah seorang manusia biasa yang penuh dengan lumuran dosa yang ingin menjadi orang baik. saya mungkin  membutuhkan sesuatu entah itu tempat, ruang atau apapunlah yang bisa saya jadikan untuk sekedar melepaskan beban yang ada. Segala sesuatu yang dijalani tidak akan pernah terlepas dari yang nama nya baik dan buruk salah dan benar. Tapi ketika optimis untuk menjalani sesuatu yang baik selalu ada secercah harapan di ujung sana, selalu akan ada yang menuntut ke arah cahaya di seberang sana.

Ya, beginilah hidup. Tak semuanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. Tapi masih saja ada orang yang dengan seenaknya suka mengomentari hidup orang lain. Suka menjelekkan satu sama lain. Menebar fitnah, dan kemudian bertransformasi menjadi malaikat pencatat aib orang lain bahkan ada yang lebih mengerikan dari itu ia menjelma menjadi malaikat maut yang mengambil hak hidup orang lain.

Harusnya kita sama sama tau dan pahami, orang yang mengaku diri nya suci saat ini bukan berarti sebelumnya ia tak pernah melakukan kesalahan, begitupun sebaliknya setiap pendosa ia berhak untuk masa depan yang baik. Kita tak pernah tau hidup seperti apa yang di jalani seseorang, sehingga pantas kah kita merasa benar untuk mengomentari hidupnya ?

Dalam buku yang berjudul Dua Belas Empat Belas Ada yang menanyakan, adakah manusia mulia karena kemanusiaannya ? atau karena Akhlaknya ? dan seseorang yang lain menjawab : manusia sudah mulia bahkan sejak ia membuka mata, sejak ia tumbuh dalam rahim ibunda, tak boleh ada yang merendahkan, menghina, menyakiti, menganiaya dan meremehkan. Semoga bisa memahami pernyataan ini dengan baik.

Lagi lagi harus tetap berlapang dada, bukan dengan terpaksa tapi seharusnya untuk tetap belajar melepaskan apa yang tidak perlu. Untuk tetap diam pada saat ada yang mencaci, untuk tetap memaafkan pada saat ada yang menyakiti. Bukan berarti membiarkan diri terzholimi, tetapi tidak ingin membuat diri kita tidak terhormat dengan membalas perlakuan yang sama.

Seperti apa yang disampaikan oleh Imam Ali,
Kita tak perlu menjelaskan diri kita pada siapapun,
karena yang mencintaimu tak membutuhkan itu.
Dan yang membencimu tak percaya itu.

Untuk itulah berusaha tetap memperlakukan orang lain dengan baik, sebagaimana kita ingin diperlakukan. Pun tak perlu risau lagi jika ada yang membuat dan memperlakukan mu tak semestinya, karena ada yang pernah bilang korban pertama dari penebar kebencian adalah pelakunya, ia yang mengucapkan tak pantas akan mendengar yang tidak pantas pula, kata kata yang tidak enak didengarkan memang dikeluarkan oleh orang yang tak layak. Jadi, biarkan lah itu menjadi urusannya, karena hari pengakiman telah menyediakan kavling nya masing masing.

Jadi, sudahkah kau tak risau lagi nona ?
Mulai lah untuk tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar