Beberapa kali
pertengkaran, kesalahan yang dilakukan dan permohonan maaf yang sering
terlontarkan. Maaf, kataku. Ia yang tersenyum kemudian mengatakan janganlah terlalu
sering mengatakan permohonan maaf, sesuatu yang keseringan di ucapkan bisa jadi
akan kehilangan maknanya. Tetapi apapun yang kau lakukan saya selalu punya
persediaan tanpa batas untuk memaafkan.
Aaahh, apakah demikian
?
Ntahlah. Setelahnya kita
bisa memilih untuk tidak berbuat kesalahan itulah gunanya berpikir dulu sebelum
bertindak.
Adakah seseorang yang
bisa mencintaimu tanpa syarat ? atau yang selalu bersedia memaafkan setiap
kesalahan yang kau lakukan ? beberapa orang mungkin berpendapat bahwa ini
konyol, tak ada yang sempurna di dunia ini, itu hanya ada dalam cerita dongeng
ataupun dunia khayal. Tapi bagiku tidak demikian, orang boleh bebas berpendapat
itu hak mereka tapi bagiku di antara milyaran manusia di dunia ini pasti ada
yang memiliki sosok seperti itu.
Kalau saya berpendapat
bahwa sosok itu ada dalam diri seorang ibu, mungkin wajar adanya. Tetapi kalau
saya berpendapat lain bahwa sosok itu adalah seseorang yang tak memiliki ikatan
darah dengan mu, tetapi ia bersedia mengorbankan hidupnya untuk hidupmu. Apakah
itu menjadi hal yang tak wajar dan tak mungkin ? ahh.. semua itu mungkin saja,
nona!
Seperti yang dikatakan
Mahatma Ghandi ;
Ketika keselamatan
seseorang lebih penting bagimu dibandingkan keselamatan dirimu sendiri, ketika
bahkan hidupnya lebih penting bagimu di bandingkan hidupmu sendiri, barulah
kamu bisa mengatakan bahwa kamu mencintai.
Secara sederhana pun
saya berpendapat bahwa cinta ialah dia yang selalu bersedia memaafkan.
Selalu saja ada kerikil
kerikil besar maupun kecil dalam hidup ini. Saya pun tau menjalin sebuah
hubungan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, pun tidak selamanya sebuah
jalan itu lurus adakalanya kita harus mendaki sebuah gunung, menuruni bukit,
menyebrang sungai dan melintasi jalan jalan yang terjal semua itu butuh proses
dan perjuangan untuk sampai pada sesuatu yang di inginkan.
Sama halnya dengan apa
yang sedang kita jalani saat ini, kita sama sama tau dan memahami persoalan
masing masing. Sungguh sangat tidak mudah, mungkin terutama bagimu. Saya tau
dirimu hanya mampu menyimpannya sendiri dan menganggap semua baik baik saja. Selalu
saja ada ingatan yang ingin kita simpan, menatanya dengan baik di sudut hati. Ada
juga ingatan yang ingin kita buang dan membuatnya tak lagi berbekas. Kita pun
bisa memilih untuk mengendalikan ingatan kita. Kau memilih mengendalikannya
dengan memaafkan, mengikhlaskan dan menerima. Saya tidak tau hatimu terbuat
dari apa, atau bagaimana cara nya dirimu dididik oleh ibu mu. Mungkin saja
suatu saat kau bersedia membawa ku di hadapan ibu mu, dan kesempatan itu tidak
akan kulewatkan, telah kupersipakan segudang pertanyaan untuk beliau tentangmu.