Hidup bukan untuk memikirkan apa yang orang lain
katakan tentang mu.
Hidup bukan tentang persoalan membalas segala
keburukan yang orang lain berikan kepadamu.
Jika hidup kita disibukkan dengan mengurusi dan
menanggapi penilaian orang lain yang diberikan kepada kita, apa lah jadinya ?
yang ada kita bisa stres untuk menanggapi hal itu semua.
Saya tak pernah mengira perjalanan hidup saya
begitu kompleks dengan segala permasalahan yang datang berkali-kali. Saya tidak
bermaksud menyalahkan keadaan hidup saya yang seperti ini atau menyalahkan
Tuhan. Karena segala yang terjadi dalam hidupmu sendiri atas pilihan pilihan
yang kau ambil. Segala sesuatu mempunyai hukum kualitas, sebab-akibat.
Dulu, saya mengira hidup ku lah yang paling
bahagia. Masa kecil yang selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Tak pernah
sekalipun terlintas dipikiran hal hal buruk akan menimpa kehidupan saya. Hingga
dimulai pada hari itu, hari yang ingin saya lupakan seumur hidup saya. Empat tahun
kebelakang di umur umur saya 21 tahun sebuah surat tergeletak di atas meja
kamar ibu saya. Saya yang kala itu penasaran, kemudian membuka, dan membacanya.
Saat itu juga seakan kehidupan tiba tiba berhenti, tak ada daya dan upaya untuk
membendung atau sekedar menahan kesedihan yang saya rasakan saat itu. Begitu menyedihkan
dan menyakitkan.
Kalau mengingat itu semua seakan tidak terima,
menyalahkan takdir dan menyalahkan Tuhan. Tapi balik lagi, hidup tak semuanya
berjalan mulus sesuai dengan yang kau inginkan. Tidak berhenti disitu,
setelahnya banyak kejadian kejadian yang menyakitkan datang menghampiri. Saya merasa
kehidupan yang saya jalani begitu sulit, menyesakkan dada dan sangat memuakkan.
Terkadang ketika saya berada dalam titik terendah saya merasa tak sanggup lagi
untuk menjalaninya, ingin sekali rasanya menghilang dari kehidupan ini.
Ada lagi orang orang yang dengan seenaknya mengomentari
kehidupan orang lain, seakan akan ia seorang malaikat yang penuh dengan
kesucian, tak pernah berbuat salah dan menganggap dirinyalah yang paling
sempurna.
Saat ini saya sedang belajar bagaimana menjadi
seorang perempuan yang baik. Bukan karena ingin dilihat baik di mata orang,
atau di anggap sebagai perempuan yang “sempurna”. Bukan karena itu semua. Tapi semata
mata karena diri saya sendiri, dan orang orang yang dengan tulus mencintai
saya. Terutama ibu saya. Menurut saya Beliau perempuan yang tangguh dengan
segala macam cobaan hidup yang ada, beliau masih tetap berdiri tegar bahkan
ketika merasa tak sanggup lagi. Saya ingin seperti dia tetap tersenyum bahkan
untuk orang yang telah menyakitinya. Dan itu semua juga dilandasi atas dasar cinta
saya kepada Tuhan, percayalah Dia tak pernah sedetikpun meninggalkan Hamba Nya.
Saya juga sedang belajar bagaimana menerima masa
lalu saya, belajar ikhlas dan belajar menerima. Tak saya pungkiri terkadang
saya masih merasa sangat sedih kenapa semua ini terjadi kepada saya ? tapi
kalau saya berpikir seperti itu, lantas saya mengharuskan biarkan lah orang
lain yang menimpanya. Oh sangat tidak bijak dan tak pantas saya berpikir
seperti itu. Masing masing mempunyai jalan hidupnya. Biarlah kita mengambil
hikmah dari perjalanan hidup orang lain dan perjalanan hidup kita sendiri.
Tentang anggapan atau penilaian orang lain terhadap
siapa diri kita. Biarkanlah itu menjadi urusan mereka. Saya tak mau mengambil
pusing atas itu semua. Saya berbuat baik bukan untuk terlihat baik di mata
mereka. Karena satu satunya landasan kita berbuat kebaikan hanya karena Nya. Dia
lah sang Maha Cinta.
Saya sedang sedih atau sedang bahagia, saya sedang
tertawa atau sedang menangis hanya saya sendiri yang mengetahuinya. Orang lain
hanya melihat luar nya saja, tak perlu juga saya menjelaskan panjang lebar apa
yang saya lakukan hanya untuk demi penilaian orang lain. Karena apa yang di
bilang oleh Imam Ali :
Tak perlu menjelaskan dirimu pada siapapun, karena
yang mencintai mu tak butuh itu dan yang membencimu tak percaya itu.
Ya, begitulah kehidupan. Jalani saja sesuatu yang
baik menurut Nya. Perbuatan yang kita jalani itu baik atau buruk, tulus atau
tidak, ikhlas atau pamrih hanyalah kita dan Dia yang mengetahuinya. Tak usalah
risau apa perkataan dan penilaian orang. Seperti apa yang dibilang
Imam Shadiq | tafsirkan penilain negatif orang lain
tentang mu dengan 70 kali penafsiran positif.
Sekali lagi semua itu bukan semata mata untuk
terlihat baik di mata orang, tapi juga untuk kedamaian di dalam diri.