Recent Posts

Kamis, 17 September 2015

Perjalanan Hidup



Hidup bukan untuk memikirkan apa yang orang lain katakan tentang mu.
Hidup bukan tentang persoalan membalas segala keburukan yang orang lain berikan kepadamu.


Jika hidup kita disibukkan dengan mengurusi dan menanggapi penilaian orang lain yang diberikan kepada kita, apa lah jadinya ? yang ada kita bisa stres untuk menanggapi hal itu semua.

Saya tak pernah mengira perjalanan hidup saya begitu kompleks dengan segala permasalahan yang datang berkali-kali. Saya tidak bermaksud menyalahkan keadaan hidup saya yang seperti ini atau menyalahkan Tuhan. Karena segala yang terjadi dalam hidupmu sendiri atas pilihan pilihan yang kau ambil. Segala sesuatu mempunyai hukum kualitas, sebab-akibat.

Dulu, saya mengira hidup ku lah yang paling bahagia. Masa kecil yang selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Tak pernah sekalipun terlintas dipikiran hal hal buruk akan menimpa kehidupan saya. Hingga dimulai pada hari itu, hari yang ingin saya lupakan seumur hidup saya. Empat tahun kebelakang di umur umur saya 21 tahun sebuah surat tergeletak di atas meja kamar ibu saya. Saya yang kala itu penasaran, kemudian membuka, dan membacanya. Saat itu juga seakan kehidupan tiba tiba berhenti, tak ada daya dan upaya untuk membendung atau sekedar menahan kesedihan yang saya rasakan saat itu. Begitu menyedihkan dan menyakitkan.

Kalau mengingat itu semua seakan tidak terima, menyalahkan takdir dan menyalahkan Tuhan. Tapi balik lagi, hidup tak semuanya berjalan mulus sesuai dengan yang kau inginkan. Tidak berhenti disitu, setelahnya banyak kejadian kejadian yang menyakitkan datang menghampiri. Saya merasa kehidupan yang saya jalani begitu sulit, menyesakkan dada dan sangat memuakkan. Terkadang ketika saya berada dalam titik terendah saya merasa tak sanggup lagi untuk menjalaninya, ingin sekali rasanya menghilang dari kehidupan ini.

Ada lagi orang orang yang dengan seenaknya mengomentari kehidupan orang lain, seakan akan ia seorang malaikat yang penuh dengan kesucian, tak pernah berbuat salah dan menganggap dirinyalah yang paling sempurna.

Saat ini saya sedang belajar bagaimana menjadi seorang perempuan yang baik. Bukan karena ingin dilihat baik di mata orang, atau di anggap sebagai perempuan yang “sempurna”. Bukan karena itu semua. Tapi semata mata karena diri saya sendiri, dan orang orang yang dengan tulus mencintai saya. Terutama ibu saya. Menurut saya Beliau perempuan yang tangguh dengan segala macam cobaan hidup yang ada, beliau masih tetap berdiri tegar bahkan ketika merasa tak sanggup lagi. Saya ingin seperti dia tetap tersenyum bahkan untuk orang yang telah menyakitinya. Dan itu semua juga dilandasi atas dasar cinta saya kepada Tuhan, percayalah Dia tak pernah sedetikpun meninggalkan Hamba Nya.

Saya juga sedang belajar bagaimana menerima masa lalu saya, belajar ikhlas dan belajar menerima. Tak saya pungkiri terkadang saya masih merasa sangat sedih kenapa semua ini terjadi kepada saya ? tapi kalau saya berpikir seperti itu, lantas saya mengharuskan biarkan lah orang lain yang menimpanya. Oh sangat tidak bijak dan tak pantas saya berpikir seperti itu. Masing masing mempunyai jalan hidupnya. Biarlah kita mengambil hikmah dari perjalanan hidup orang lain dan perjalanan hidup kita sendiri.

Tentang anggapan atau penilaian orang lain terhadap siapa diri kita. Biarkanlah itu menjadi urusan mereka. Saya tak mau mengambil pusing atas itu semua. Saya berbuat baik bukan untuk terlihat baik di mata mereka. Karena satu satunya landasan kita berbuat kebaikan hanya karena Nya. Dia lah sang Maha Cinta.
Saya sedang sedih atau sedang bahagia, saya sedang tertawa atau sedang menangis hanya saya sendiri yang mengetahuinya. Orang lain hanya melihat luar nya saja, tak perlu juga saya menjelaskan panjang lebar apa yang saya lakukan hanya untuk demi penilaian orang lain. Karena apa yang di bilang oleh Imam Ali :

Tak perlu menjelaskan dirimu pada siapapun, karena yang mencintai mu tak butuh itu dan yang membencimu tak percaya itu.

Ya, begitulah kehidupan. Jalani saja sesuatu yang baik menurut Nya. Perbuatan yang kita jalani itu baik atau buruk, tulus atau tidak, ikhlas atau pamrih hanyalah kita dan Dia yang mengetahuinya. Tak usalah risau apa perkataan dan penilaian orang. Seperti apa yang dibilang

Imam Shadiq | tafsirkan penilain negatif orang lain tentang mu dengan 70 kali penafsiran positif.

Sekali lagi semua itu bukan semata mata untuk terlihat baik di mata orang, tapi juga untuk kedamaian di dalam diri.

0 komentar:

Posting Komentar