.
Sudah cukup lama
aku mengenalmu, berbagi cerita apa saja tentang mu ataupun tentangku. Aku
nyaman dengan mu begitu juga sebaliknya. Kita selayaknya dua orang teman,
sahabat atau lebih dari itu.
Selama
perkenalan kita, kau banyak memberikan arti tentang hidup ini kepadaku, apa
yang sebaiknya di lakukan atau yang seharusnya dihindari. Kau pun banyak
memberikan rekomendasi buku-buku apa yang harus ku baca, untuk menambah
pengetahuan dan lebih luas memandang persoalan hidup.
Kau orang yang
cerdas, sangat cerdas malah. Itu bukan hanya menurutku tapi menurut orang-orang
yang mengenalmu. Kau sangat sederhana, tak terpengaruh dengan limpahan materi
yang mungkin bisa kau dapatkan. Kau selalu bisa menjaga ibadah mu, ucapan mu,
maupun tingkah lakumu itulah sebabnya kau dihargai dan dihormati. Menurutku kau
pantas mendapatkan itu karena kau pun melakukan hal yang sama kepada makhluk
Tuhan lainnya.
Sejak awal
perkenalan kita sampai kumenuliskan sesuatu tentangmu tak berkurang rasa
kekaguman ku pada mu.
Sedikit tentang
percakapan kita siang tadi : lagi di mana kak ? di ruang organ paling urgen.
Organ yang memompa darah kesekujur tubuh. Medis mengistilahkannya cardio, milik
mu. Jawab mu.
Lalu, aku berada
di mana ? tanyaku, di ruang imajiku. Sebuah ruang ingatan yang tak begitu
lekang oleh zaman: pelapukan fisika dan kimia. Di sana kau bertahta layaknya
Saraswati. Dewi perempuan yang menjelma dalam Shinta, hanya untuk Rama.
Tak mampu lagi
aku bertanya, aku bahagia mendengar perkataan mu.
Aku bukanlah
sosok yang pandai merangkai kata, bermain dengan imajinasiku dan menghasilkan
rangkaian kata yang baik. Itu buruk untuk ku.
Tapi ku harap tulisan ini dapat membuat mu tersenyum ketika membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar